
Dengan segala dinamika yang terjadi di PKS, sahabat dan guru saya ini selama ini ragu untuk menyebut PKS sama saja dengan partai lain. Nah, sekarang apa gerangan yang menyebabkan beliau tidak ragu lagi? Selidik punya selidik ternyata oh ternyata, pemecatan Fahri Hamzah adalah aib terbesar PKS sehingga menyebabkan orang-orang yang tadinya masih menyimpan harap pada PKS kini sudah pupus harapan.
Sebagai kumpulan manusia, di berbagai jenjang dan levelnya, beragam kasus, isyu dan kasak-kusuk sudah pernah menimpa partai ini. Mulai friksi, asusila, korupsi dan sampai poligami. Namun semuanya, alhamdulillah bisa dilewati. Namun sepertinya kasus pemecatan Fahri, suka tidak suka, diakui atau tidak, telah begitu menyebabkan PKS harus menghitung ulang untuk tetap ada dan berjaya.
Yang tidak sepakat, sila menyebut saya lebay. Nyatanya memang, sudah banyak lembaga yang begitu tangguh menghadapi serangan dari luar. Akan tetapi semunya rapuh untuk terus bertahan dengan perpecahan yang terjadi di dalam. Orang-orang yang memecat Fahri yang memecat Fahri mungkin sebelumnya tak pernah menduga bahwa Fahri dipecat akan berdampak seperti sekarang: Kader bersipang pendapat, baik yang terang-terangan ataupun pura-pura. Begitu juga publik, akhirnya mendapatkan 'kesadaran' baru bahwa PKS memang saja saja dengan partai lain. Dakwah (ajak/undang) yang menjadi slogan selama ini nyatanya sekarang pokoknya tendang!
Jangan pernah bermimpi untuk mengurus ummat, sedang menyelesaikan urusan dengan Fahri saja harus menguras energi semua kader. Bukan reda masalah namun semakin meradang. Perang pernyataan pada tataran yang banyak tidak mengundang kenyataan.
Kalau sudah begini, kesan pertama yang dulu begitu sangat menggoda, sekarang memang sebaiknya terserah Anda: mau apa saja, mau bagaimana lagi.
Oleh: Abror Rifai