
Dalam sambutannya, Machasin menyampaikan setidaknya enam hal yang dinilainya merupakan isu penting terkait pemberitaan di media massa, terutama dalam jaringan (daring/online). Dua hal pertama yang disebutnya saling terkait adalah maraknya isu takfir dan tadlil serta pelemahan common sense (pikiran sehat).
"Dua hal ini saling terkait, membuat orang tidak mempergunakan kemampuan berpikirnya dengan baik. Syiah dinilang sesat, Ahmadiyah sesat. Ini hampir tiap hari," ungkap Machasin di Jakarta, Kamis petang (13/10).
Bukan hanya melalui media, kata Machasin, penyesatan terhadap Syah dan Ahmadiyah itu bahkan terwujud dengan adanya Aliansi Anti Syiah dan adanya gangguan terhadap Masjid-masjid milik Ahmadiyah.
Machasin, yang sebentar lagi akan menyelesaikan jabatannya sebagai Dirjen Bimas Islam ini menuding, penyesatan terhadap Syiah dan Ahmadiyah secara keseluruhan merupakan tindakan yang tidak cermat.
"Ada Ahmadiyah Qadiyani, ada Ahmadiyah Lahore. Yang sesat Qadiyani, sementara Lahore tidak, karena hanya menyebutkan Muhammad adalah pembaharu. Syiah juga, mengatakan Syiah sesat berarti menggeneralisasi Syiah, padahal Syiah banyak. Ini dikembangkan terus," ungkap Guru Besar Sejarah Kebudayaan Islam Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta ini.
Machasin menegaskan, cara berpikir yang hitam putih dan menggeneralisasi itu akan membawa kepada sikap jika bukan kawan berarti lawan. "Tidak suka pada Ahok, dikatakan semua China itu jahat. Ini melemahkan akal sehat," katanya memberi contoh.
Selain dua hal itu, empat hal lainnya yang dinilainya menjadi isu penting dalam dunia media saat ini adalah sharing without caring, no fact, no balance dan tidak imbangnya tulisan yang mendidik dan yang mengharu biru perasaan. [suara-islam.com]